Monday, June 23, 2014

Allah, Cinta, dan Harapan


Aku terbuai dengan permainan-Nya, menikmati tiap langkah aturan bermain. Permainan-Nya begitu menjanjikan tidak seperti bermain dadu, mengocok dan melempar. Dari setiap permainan yang ku jalani selalu ada kepastian, ya tentu bukan keragu-raguan. Rasanya ingin sekali terus bermain dan bermain sampai larut dalam keindahan ciptaan-Nya. Kerana sampai ketika aku larutpun masih akan ada harapan, harapan untuk terbangun dan berdiri menegakkan cinta-Nya.

Sempat tersentak malu ketika ku baca firman-Nya, lagi-lagi sebuah peringatan nyata dan bukan untuk pertama kalinya Allah membelaiku dengan tangan-Nya yang Maha Lembut. Ku baca perlahan, ku renungkan, dan hatiku benar benar terkoyak,

"Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa, kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera" (Al Anbiya':37)

Allah hanya ingin aku bersabar...
Dalam permainan-Nya, Allah tidak akan melempar dadu untuk menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya. Dia pun tak pernah lengah memberikan cinta dan kasihNya. Rasanya aku yang mulai mejauh dari-Nya, hingga benteng keimanan hampir runtuh karena tipu daya setan. Kini aku berada dalam kepayahan,tertatih menggapai harapan. Bagaimana mungkin terjadi hati ini terus menjerit tak tertahan, sempat menggoresan asaku selama ini. Ingin sekali mengadu pada langit, memohon pada bintang agar mereka sampaikan jeritan ini.

Allah, aku iri pada mereka yang lebih dahulu menginjakkan kaki di belahan bumi-Mu yang lain, aku iri kepada mereka yang lebih dahulu mengucapkan kalimatullah di bawah senja negeri peri, aku iri, dan sampai kapanpun hati ini tetap iri. Bagaimana mungkin aku meminta-Mu untuk mempercepat langkahku berdiri di sana, sungguh aku malu. Tidakkah aku berpikir bahwa firman-Mu memintaku untuk bersabar menunggu.

Allah, ketika Kau memperhatikanku, sejenak aku  berpikir harus memulai dari mana? Engkau tahu  pekat melekat asa dalam dada untuk pergi ke sana, menikmati senja di belahan bumi yang berbeda. Aku yakin tak pernah bosan, aku harap juga kau tak cemburu tat kala ku katakan dengan yakin aku ingin sekali ke sana. bukan tempat dimana peradaban islam dibangun, bukan pula tempat dimana islam dijunjung tinggi. Hanya sebuah negeri yang menyimpan sejuta mimpi, menimba ilmu pendidikan lalu menyebarkannya pada negeri sendiri.

Harapan dan cinta akan selalu tumbuh di bawah payung yang sama. Biarkan pelangi yang memberikan keindahan bagi tiap mata  memandang. Sungguh, tiap kali aku berpikir tentang negeri itu, , radarku mengingatkanku padanya, dia entah siapa dia.  Akupun tak tau dan tak mengerti mengapa dia dan seperti apa sosoknya. Biarkan dia akan terus menjadi misteri.


Jerman, bukan sebuah negeri dimana peradaban islam dibangun, bukan pula sebuah negeri dimana islam dijunjung tinggi. Hanya sebuah negeri dongeng yang terus diteriakkan pada nurani .Kau akan terus menyimpan sejuta impian. Bagaimana bisa kau membuatku menunggu?
Sayangnya aku tidak bodoh. Penantianku akan ku manfaatkan untuk terus berusaha, berkarya dan berdoa.Tuhan ku juga tidak pernah tidur, jadi membuatku berpijak di keindahan bumimu tentulah mudah bagi-Nya.

Allah hanya ingin aku bersabar,sabar dalam merajut cinta dan harapan dengan keindahan pena-Nya.



Keelokan Muslimah Bagai Mawar Berduri








Muslimah seperti mawar yang berduri seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan
kesempurnaan mawar adalah padadurinya. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak, bahkan menghalangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan itulah setangkai mawar menjadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak di petik sembarang orang.

Mawar adalah wanita.sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita. Banyak orang mengatakan aturan yang Allah buat untuk wanita mengekang, sulit jodoh, hingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan. padahal seperti duri pada mawar, justru aturan itu yang melindungi, menjaga dan membuat seorang wanita mulia.seperti duri yang menjadi penyempurna mawar. Maka aturan Allah yang menjadi penyempurna wanita. Dan jika mawar berduri adalah mawar yang sempurna, pastinya wanita dengan aturan yang melekat dari Tuhannya pula wanita yang sempurna.

Seorang wanita sempurna seperti mawar ditepi jurang, bukan mawar di tengah taman. jika mawar di tengah taman cenderung semua tangan bisa memetiknya, dari orang biasa hingga orang 'kurang ajar' yang nekad memetik walaupun ada tulisan "dilarang memetik bunga". walau ada larangannya tetap berani memetik. toh di bawah tulisan larangan itu hanya tertulis ancaman "denda sekian
sekian puluh ribu atau kurungan sekian bulan". tapi jika ada di tepi jurang tentu tak semua tangan berani menyentuhnya.

Maka wanita tumbuhlah di tepi jurang. Hingga tak sembarang tangan lelaki bisa menyentuhmu. Hingga jika pun suatu saat ada seorang lelaki memetikmu. pastilah lelaki yang paling berani berkorban untukmu. bukan sembarang tangan, bukan sembarang orang, bukan sembarang
lelaki. karena wanita bukanlah barang murah yang boleh di sentuh seenaknya. bukan pula barang hiasan yang bisa di petik dengan ancaman kecil.