Aku terbuai dengan permainan-Nya, menikmati tiap langkah aturan
bermain. Permainan-Nya begitu menjanjikan tidak seperti bermain dadu,
mengocok dan melempar. Dari setiap permainan yang ku jalani selalu
ada kepastian, ya tentu bukan keragu-raguan. Rasanya ingin sekali terus
bermain dan bermain sampai larut dalam keindahan ciptaan-Nya. Kerana sampai
ketika aku larutpun masih akan ada harapan, harapan untuk terbangun dan berdiri
menegakkan cinta-Nya.
Sempat tersentak malu ketika ku baca firman-Nya, lagi-lagi sebuah
peringatan nyata dan bukan untuk pertama kalinya Allah membelaiku dengan
tangan-Nya yang Maha Lembut. Ku baca perlahan, ku renungkan, dan hatiku benar
benar terkoyak,
"Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa, kelak akan Aku
perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu minta
kepada-Ku mendatangkannya dengan segera" (Al Anbiya':37)
Allah hanya ingin aku bersabar...
Dalam permainan-Nya, Allah tidak akan melempar dadu untuk
menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya. Dia pun tak pernah lengah memberikan
cinta dan kasihNya. Rasanya aku yang mulai mejauh dari-Nya, hingga benteng
keimanan hampir runtuh karena tipu daya setan. Kini aku berada dalam
kepayahan,tertatih menggapai harapan. Bagaimana mungkin terjadi hati ini terus
menjerit tak tertahan, sempat menggoresan asaku selama ini. Ingin sekali
mengadu pada langit, memohon pada bintang agar mereka sampaikan jeritan ini.
Allah, aku iri pada mereka yang lebih dahulu menginjakkan kaki di
belahan bumi-Mu yang lain, aku iri kepada mereka yang lebih dahulu mengucapkan
kalimatullah di bawah senja negeri peri, aku iri, dan sampai kapanpun hati ini
tetap iri. Bagaimana mungkin aku meminta-Mu untuk mempercepat langkahku berdiri
di sana, sungguh aku malu. Tidakkah aku berpikir bahwa firman-Mu memintaku
untuk bersabar menunggu.
Allah, ketika Kau memperhatikanku, sejenak aku berpikir
harus memulai dari mana? Engkau tahu pekat melekat asa dalam dada untuk
pergi ke sana, menikmati senja di belahan bumi yang berbeda. Aku yakin tak
pernah bosan, aku harap juga kau tak cemburu tat kala ku katakan dengan yakin
aku ingin sekali ke sana. bukan tempat dimana peradaban islam dibangun, bukan pula
tempat dimana islam dijunjung tinggi. Hanya sebuah negeri yang menyimpan sejuta
mimpi, menimba ilmu pendidikan lalu menyebarkannya pada negeri sendiri.
Harapan dan cinta akan selalu tumbuh di bawah payung yang sama.
Biarkan pelangi yang memberikan keindahan bagi tiap mata memandang.
Sungguh, tiap kali aku berpikir tentang negeri itu, , radarku
mengingatkanku padanya, dia entah siapa dia. Akupun tak tau dan tak
mengerti mengapa dia dan seperti apa sosoknya. Biarkan dia akan terus menjadi
misteri.
Jerman, bukan sebuah negeri dimana peradaban islam dibangun, bukan
pula sebuah negeri dimana islam dijunjung tinggi. Hanya sebuah negeri
dongeng yang terus diteriakkan pada nurani .Kau akan terus menyimpan
sejuta impian. Bagaimana bisa kau membuatku menunggu?
Sayangnya aku tidak bodoh. Penantianku akan ku manfaatkan untuk
terus berusaha, berkarya dan berdoa.Tuhan ku juga tidak pernah tidur, jadi
membuatku berpijak di keindahan bumimu tentulah mudah bagi-Nya.
Allah hanya ingin aku bersabar,sabar dalam merajut cinta dan
harapan dengan keindahan pena-Nya.